Info Sekolah
Jumat, 05 Jul 2024
  • Pembukaan Pendaftaran Santri Baru Tahun Pelajaran 2024/2025 Manahijussadat 1, 2 & 3. Gel I. 1 Okt 2023 s/d 1 April 2024. Gel II. 17 April s/d 21 Juli 2024
  • Pembukaan Pendaftaran Santri Baru Tahun Pelajaran 2024/2025 Manahijussadat 1, 2 & 3. Gel I. 1 Okt 2023 s/d 1 April 2024. Gel II. 17 April s/d 21 Juli 2024
9 Maret 2023

Santri Berdikari: Perwujudan Santri Siaga Jiwa Raga

Kam, 9 Maret 2023 Dibaca 229x

Berdikari merupakan singkatan dari Berdiri Diatas Kaki Sendiri yang dapat diartikan sebagai hidup dengan mandiri, tidak bergantung kepada bantuan orang lain. Menurut Sutari Imam Barnadib (2002:19), sikap mandiri adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasai masalah atau hambatan, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan begitu dapat dipahami bahwa bergantung kepada orang lain adalah suatu tanda kelemahan. Rasulullah SAW bersabda :

Sungguh, seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dan dibawa dengan   Punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta kepada orang lain, baik orang lain itu memberinya atau menolaknya” (HR. Bukhari)

Orang yang sukses tidak bergantung kepada talenta yang dimiliki, tetapi bergantung kepada kemauan untuk mencari ilmu dan tekad untuk berjuang

Sifat kemandirianpun sudah banyak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan hidupnya. Rasulullah SAW melewati masa kecilnya seabagai yatim piatu, tentu dari cerita yang ada dapat kita bayangkan betapa sulitnya beliau dalam kondisi yatim piatu. Sehingga beliau harus dirawat dengan kakeknya Abdul Muthalib. Namun tidak lama kemudian, sang kakek tidak dapat mengasuhnya lebih lama lagi karena telah meninggal dunia di Mekah saat umur beliau berusia 8 tahun. Sehingga selanjutnya beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib.

Berada dalam asuhan pamannya yang sangat mencintainya, Abu Thalib merawat beliau dengan anak-anaknya yang lain, bahkan lebih disayangi dan dimuluakan. Dia juga mengajarkan kemandirian Ketika Nabi SAW berusia 8 tahun dengan menjadi penggembala, yang pada akhirnya beliau sangat banyak belajar dan menghabiskan waktu dikala itu.

Sepertinya, dari hadis dan ketauladanan Rasulullah SAW inilah KH. Imam Zarkasyi menemukan bahwa sikap hidup yang paling sesuai dengan kehidupan seorang muslim adalah sikap mandiri. Dalam kaitannya dengan kehidupan pesantren beliau menyatakan bahwa:

“Berdikari bukan saja dalam arti bahwa santri selalu belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi juga Pondok Pesantren itu sendiri sebagai Lembaga Pendidikan tidak perhan menyandarkan kehidupannya kepada bantuan dan belas kasihan orang lain. Inilah zelf berdruiping system (sama-sama memberikan iuran dan sama-sama memakai). Dalam pada itu tidak bersikap kaku, sehingga menolak orang-orang yang hendak membantu pondok. Semua pekerjaan didalam pondok pesantren dikerjakan oleh kyai dan para santrinya sendiri, tdak ada pegawai dalam pondok.”                   

Jadi seperti halnya keikhlasan, kemandirian adalah sikap dan jiwa para kyai dan para santri. Maka dari itu dalam sejarah berdirinya pondok pesantren, selalu bermula dari seorang kyai yang memulai membangun lembaga pesantrennya sendiri tanpa bergantung pada bantuan orang lain. Pondok pesantren dapat berkembang dengan kemandiriannya, bukan karena mengharapkan bantuan orang lain.

Dapat dipahami juga bahwa kehidupan didalam pesantren tidak diurus oleh menejemen pondok, tetapi diurus oleh santri sendiri. Bahkan hampir seluruh roda kehidupan yang berada dalam pondok pesantren  diatur oleh santri itu sendiri. Begitulah makna kemandirian, [unida.gontor.ac.id]

Jiwa Berdikari Santri Pondok

Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. selain jiwa berbudi tinggi, jiwa berdikari tidak saja berarti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, sehingga mewujudkan Ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan mereka kelak di masyarakat.

Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan prinsip dan senjata ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Berdikari tidak saja dalam arti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri,  Pada perjalanannya Pondok Pesantren Manahijussadat tidak kaku dan lebih mengoptimalkan kekuatan di dalam dengan unit usahanya, tetapi sikap berdikari juga lebih diartikan sebagai swadaya yaitu sama-sama berpartisipasi dan sama-sama merasakan. Sifat ini juga sangat penting untuk melahirkan jiwa-jiwa militan yang siap berjuang dan berbakti kepada masyarakat.

Pendidikan Di Pesantren Manahijussadat

Pesantren melaksanakan pendidikan selama 24 jam dengan berbagai macam kegiatan pendidikan diluar jam sekolah. Beberapa kegiatan pengajaran formal dilakukan setiap hari setelah sholah dhuha dan ragam keilmuan agama, bahasa dan umum dengan mengutamakan pada penguasaan ilmu dan pembentukan  pribadi santri yang ber akhlaq mulia, berwawasan luas, berpikiran bebas, beradab, cerdas, disiplin dan kreatif. Dalam rangka mengemban Visi dan Misi Pendidikan mencerdaskan kehidupan Masyarakat dan Bangsa melalui sistem pendidikan berasrama 24 jam, santri dididik agar tumbuh berakhlak mulia, berpengetahuan luas, terampil dan bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakatnya.[Admin]

Artikel Lainnya

Oleh : El-Manahij

PESANTREN MUADALAH

Oleh : El-Manahij

Manfaat Mandi Sebelum Subuh

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

 

Contact Information

  • Pasarkeong | Cibadak | Lebak-Banten
  • Phone: (0252) 207123
  • Email:ppm_manahijussadat@yahoo.com
  • Website: www.manahijussadat.sch.id

Hubungi Kami

Cara terbaik untuk menghubungi kami adalah dengan datang langsung ke Pesantren dan menemui pihak-pihak yang terkait. Anda bisa membaca brosur untuk mendapatkan informasi profil lembaga, pendaftaran, biaya, lokasi, nomor kontak, fasilitas, kegiatan, dan informasi-informasi penting lainnya. Jika anda berhalangan untuk datang, anda bisa menghubungi kami melalui email.